Kamis, 31 Maret 2011

Kisah Sukses Petani Cabai Indonesia (Lampung)


 Jumakir (48) Bandarjaya, benar-benar puas panen cabenya kali ini. Betapa tidak, dari seperempat hektare (ha) lahan yang dimanfaatkannya untuk menanam cabe varieatas TM99 (tahan air) dan Lado (tidak tahan air), terhitung 10 kali petik sudah menghasilkan 3 ton 2 kwintal cabe.

Padahal, biasanya dengan lahan yang sama, panen hanya mampu menghasilkan 1,5-2 ton cabe.

Dikatakan Jumakir, keberhasilan panen cabe yang dicapainnya tidak lain adalah berkat usahanya terus belajar bagaimana budidaya cabe. Ia pun tidak ingin melewatkan setiap kesempatan belajar dengan petugas penyuluh pertanian. Terlebih-lebih saat ia diberikan kesempatan studi banding ke Binjai, Sumatera Utara. Kesempatan itu benar-benar dimanfaatkannya untuk mengetahui budidaya cabe.

Pun demikian dengan penyuluhan dari Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan Terbanggibesar.

Dikatakan Jumakir, menanam cabe di lahan seperempat ha menghabiskan dana sebesar Rp9 juta. Dan saat ditemui Radar Lamteng Sabtu (21/2), Jumakir mengaku sudah 10 kali memetik cabe. Dari awal panen sudah terjual sekitar 3 ton 2 kwintal cabe. Dan diperkirakan buah cabe yang masih di pohon, masih bisa dipetik berkisar 10-20 kali lagi.

’’Bila buah pertama habis selanjutnya batang cabe kembali berbunga dengan normal, maka tidak menutup kemungkinan masih bisa dilakukan panen kedua,’’ terangnya.

Selain hasil produksi cabe yang bagus, rasa senang yang tak terhingga dirasakan Jumakir, karena harga jual cabe cukup baik. Sehingga keuntungan yang diperolehnya mencapai 100 persen dari modal yang dikeluarkan.

Katanya, harga jual cabe di awal bulan Februari atau awal panen mencapai Rp15 ribu per kilogram. Meskipun saat ini sudah turun Rp8 ribu per kilogram.

Dijelaskannya lagi, tidak ada kendala yang berarti untuk budidaya cabe tahun ini. Hanya dirinya mengakui tahun ini kelebihan air. Selain karena hujan yang sering kali turun, area yang dipakainya untuk menanam cabe adalah area sawah. Di mana, kebun cabenya dikelilingi tanaman padi.

’’Meskipun area cabe tidak saya aliri dengan air, namun karena disekitarnya tanaman padi yang masih membutuhkan banyak air, mau tidak mau air yang ada di sawah merembas ke lahan cabe,’’ ujarnya.

’’Sebenarnya saya ini menanam cabe menentang musim. Yang semestinya petani saat ini menanam padi. Namun saya menyisihkan sebagian lahan untuk ditanam cabe. Walaupun demikian, saya sangat bersyukur cabe bisa tumbuh dengan baik dengan hasil panen yang sangat memuaskan,” akunya.

Dengan keberhasilan yang diraihnya tersebut, Jumakir yang tergabung dalam kelompok tani Kaliandra Yukumjaya ingin mengajak petani di kelompoknya menanam cabe. Kalau produksi cabe banyak, penjualan akan lebih mudah. Dan permintaan cabe dari pasar serta daerah lain cukup banyak.

‘’Sementara ini, saya baru memenuhi permintaan cabe dari pedagang terdekat seperti dari Bandarjaya,’’ katanya seraya menambahkan bahwa dirinya sudah menyosialisasikan dan mengajak petani lain untuk ikut menanam cabe.

Sementara itu, Margono, tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh (THL TB PP) untuk daerah Yukumjaya, Kecamatan Terbanggibesar mengatakan, petani sebaiknya tidak monoton. Artinya, saat musim tanam padi atau musim tanam komuditas lain, sebaiknya petani tidak hanya menanam satu komuditas saja. Tidak ada salahnya menyisihkan lahan untuk menanam komuditas lain seperti halnya cabe. Seperti yang dilakukan Jumakir.

’’Sebagai penyuluh, kami akan terus memberikan motivasi kepada para petani untuk menjadi petani yang berhasil,” ungkap dia.....

Sumber : 
http://www.radarlamteng.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=575

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Memberi Tanggapan Atau Komentar, Kometar Spam akan Kami Hapus.