Minggu, 16 Oktober 2011

OLAHAN Tanaman LIDAH BUAYA

Berbagai macam produk olahan dapat dibuat dari daun lidah buaya dengan berbagai macam cara pengolahan. Berikut ini adalah cara pengolahan daun lidah buaya menjadi minuman segar.

Pelepah hasil panen disortir kemudian dibersihkan dari kotoran dengan cara dilap dengan kain kering. Setelah itu daun lidah buaya dikupas kulitnya, hati-hati jangan sampai kulit yang berwarna hijau tertinggal tidak terkupas. Kemudian dibuat potongan menyerupai dadu dengan panjang sisi-sisinya 2 cm. Potongan lidah buaya tersebut kemudian diberi garam dan diaduk sampai lendirnya keluar. Bersihkan lendir yang keluar dengan cara mencucinya dengan air bersih, lakukan pencucian 2 – 3 kali. Setelah lidah buaya bersih, kemudian dilakukan perebusan pada air 80 derajat C selama 10 menit, kemudian tiriskan.





Pembuatan sirup dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain, sirup dibuat dengan merebus air bersih sampai mendidih, setelah mendidih kemudian dinginkan. Setelah air dingin tambahkan gula pasir sebanyak 700 gram per liter air, asam sitrat 0,5 gram per liter air(sesuaikan dengan selera) dan tambahkan aroma rasa secukupnya (untuk aroma bisa mengunakan daun pandan). Campurkan potongan daun lidah buaya tadi ke dalam sirup kemudian tambahkan es batu secukupnya dan minuman siap disantap, rasanya enak dan segar.Untuk keperluan penyimpanan, minuman ini dapat dikemas dalam kantong plastik atau gelas plastik.

Di samping jadi miniman segar, daun lidah buaya juga dapat diolah menjadi cendol, kolak, selai, jeli, dodol, serbat, dan teh lidah buaya.
SELAMAT MENCOBA

Industri Perkebunan Tentang PALA DAN PENGOLAHANNYA

PALA DAN PENGOLAHANNYA Industri Perkebunan
PENDAHULUANPala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yangmemiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomislainnya.Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasaldari MALAISE ARCHIPEL yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudianmenyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya,bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris danlemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 %minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tuadan merupakan selaput jala yang membungkus biji).Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinyabermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikandan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakansebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya.Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat,dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia.Dalam rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non migas,memperluas lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan harapanbaik tersebut, maka sudah waktunya tanaman pala perlu mendapatkan perhatiandan penanganan untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Irian Jaya.Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapakelebihan di banding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemenminyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas.





MENGENAL TANAMAN PALA

Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropic yang memiliki 200species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis.Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yangrindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas,dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat.Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm denganpanjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.IIITanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipunterdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memilikiperbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan.Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal(mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnyayang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimanatanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjaditanaman betina berbunga jantan.Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuninganbuah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm,daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat,panjangnya berkisar antara 1,5 - 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarnacoklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihansedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuningkuningandan membungkus biji menyerupai jala.Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt,adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehinggajenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala lainnya yangkurang/tidak bernilai ekonomis sehingga jarang diusahakan, antara lain : Myristicamalabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lainlainnya.



a. Myristica fragrans Houtt.

Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis inimerupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannyayang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentukbiji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yangpaling banyak diminta pasar dunia.Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain:- Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil.- Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudahsangat langka.- Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohoncampuran.- Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah.- Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warnafulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuningsetelah di jemur.



b. Myristica argentea Ware.

Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaanlaut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapadaerah di sekitarnya.Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda sertaaroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragransHoutt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis initerutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasukyang mendapat pasaran dalam perdagangan.



c. Myristica fattua Houtt.

Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawabuahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu.



d. Myristica specioga Ware.

Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyakdiusahakan.e. Myristica sucedona BL.Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport.f. Myristica malabarica LAM.Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma,karenanya tidak diperdagangkan.



SYARAT-SYARAT TUMBUH

TINGGI TEMPAT

Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di ataspermukaan laut.



TANAH

Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :- Lapisan atas top soil cukup dalam.- Cukup tersedia unsur hara.- Drainasenya baik.- Udara dalam tanah cukup tersedia.Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampailempung dengan kandungan bahan organik tinggi.Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila diimbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik.



IKLIM

a. Suhu

Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama,yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang denganbaik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi±20º C sampai 30º C.



b. Curah hujan

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yangtinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata.Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujantinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburantanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mmsampai 3550 mm/tahun.



c. Angin

Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuaidiusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yangbertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanamanterganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran.Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohonpenahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindungyang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala,karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.



KETERSEDIAAN AIR

Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada arealpertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian,untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itutanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup.Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantumengatasi ketersediaan air.Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat pertumbuhannyaterhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar yangdapat memusnahkan tanaman.



POHON PELINDUNG

Dalam pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harusmendapatkan perhatian. Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungitanaman dari sinar matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masihmuda.Yang perlu diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4 - 5 tahun,tanaman pala sudah memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi.Oleh karenanya penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini jugapenting untuk mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang keatas, dan mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara diantara tanaman pala dan tanaman pelindung.Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu rimbun sertatahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenispohon buah-buahan lainnya.



PERBANYAKAN TANAMAN PALA

Umumnya tanaman pala dapat diperbanyak dengan mudah melalui tiga cara:- Perbanyakan dengan biji.- Perbanyakan dengan cangkokan- Perbanyakan dengan okulasi.



A. PERBANYAKAN DENGAN BIJI.

Perbanyakan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan, karena tanaman baruyang dihasilkan jarang memiliki sifat-sifat persis sama dengan induknya.Umumnya perbanyakan pala dengan biji akan menghasilkan rata-rata pohonbetina 55% , jantan 40% dan campuran 5%. Komposisi seperti ini jelas tidak akandapat memberikan keuntungan, karenanya dalam pengusahaan pala, tanamanjantan dan campuran harus dikurangi. Caranya dengan mengetahui ciri daripohon jantan, betina maupun campuran. Ciri pohon betina cabangnya tumbuhmendatar/ horizontal, sedang pohon jantan cabangnya membentuk sudut lancipterhadap batangnya, sedang pohon campuran adalah pohon jantan yang dapatmenghasilkan bunga betina.Apabila terpaksa memperbanyak tanaman pala dengan biji, biji-biji pala yangakan dipergunakan sebagai benih harus berasal dari pohon induk yang baik, daribuah yang telah masak penuh dan segera setelah pemetikan (selambatlambatnya24 jam penyimpanan) harus disemaikan. Biji pala tersebut harus cukupbesarnya, berbentuk agak bulat dan simetris.Pengalaman di pulau Banda menunjukkan, bahwa hasil seleksi biji yang besardari sekumpulan buah yang telah dipanen untuk dijadikan bibit, diambil dari pohoninduk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan, dapatmemberikan hasil yang memuaskan.



B. PERBANYAKAN DENGAN CANGKOKAN.

Prinsipnya sama seperti mencangkok tanaman-tanaman lainnya, tanaman baruhasil cangkokan akan memiliki sifat-sifat seperti induknya. Pelaksanaannyamudah sekali, sekaligus memanfaatkan cabang-cabang tanaman yang kurangproduktif tetapi memungkinkan untuk di cangkok.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cabang yang akandicangkok- Harus berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, rimbun,bebas dari hama dan penyakit, serta produktif.- Umur pohon berkisar antara 12 -15 th.- Cabang harus yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua ataumuda.Mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan, akan tetapi musim kemarautidaklah merupakan hambatan, asalkan dilakukan penyiraman yang teratur. CaraIVlain untuk mengatasinya adalah dengan meletakan kaleng bekas yang diberilubang halus, kemudian diisi air dan diikat/digantungkan tepat di atas cangkokan.Akar hasil cangkokan akan muncul setelah satu bulan, mula-mula berwarna putihkemudian akan berubah warna menjadi coklat tua pertanda akarnya sudah kuatdan siap dipindahkan ke pertanaman.Apabila pencangkokan dilakukan dengan baik, maka tanaman hasil cangkokanakan cepat tumbuhnya dan tahan terhadap perubahan lingkungan setelahdipindahkan ke kebun.



C. PERBANYAKAN DENGAN OKULASI.

Perbanyakan cara ini bukan saja akan mempercepat masa produksi, tetapi dapatpula mengurangi persentase pohon jantan yang muncul. Untuk batang bawahdigunakan jenis pala Myristica sucedona BL, sedangkan untuk cabang entrys(mata tunas) diambil dari cabang pohon yang berproduksi tinggi misalnyaMyristica fragrans Houtt.Syarat-syarat okulasi:- Besar calon batang atas dan batang bawah (under stump) jangan jauhberbeda.- Umur batang bawah minimal 1 tahun.- Mata tunas (entrys) diambil dari cabang yang lurus, dari pohon yangtelah berproduksi.- Satu atau dua minggu sebelum pengambilan cabang entrys, sebagiandaunnya dipangkas untuk merangsang pertumbuhan mata tunas.- Pisau okulasi harus tajam dan bersih.



CARA MENANAM

Untuk tanah-tanah yang belum pernah ditanami, pembabatan semak belukar danpenebangan pohon-pohon sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, hal iniuntuk mencegah cepatnya tumbuh kembali semak belukar.Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menciptakan arealyang beraerasi (peredaran udaranya) baik serta membersihkan akar dan sisa-sisatanaman. Untuk areal yang miring, harus dibuat teras-terus untuk mencegahterjadinya erosi.



LUBANG DAN JARAK TANAM

Lubang tanam harus sudah dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam, minimal denganukuran 60 X 60 X 60 cm, untuk tanah-tanah yang unsur liatnya banyak, ukuranlubang tanam boleh dibuat lebih besar lagi misal 1 X 1 meter.Dalam menggali lubang, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan denganlapisan tanah bagian bawah, karena keduanya mempunyai kandungan unsuryang berbeda. Setelah 1 - 2 minggu kemudian tanah galian tadi dimasukkankembali ke dalam lubang. Lapisan tanah bagian bawah dimasukkan terlebihdahulu, baru kemudian lapisan tanah bagian atas yang sudah diberi pupukkandang/kompos 1 - 2 kaleng. Dua atau tiga minggu kemudian, penanaman bibitdapat dilakukan.Jarak antara lubang tanam, pada tanah datar dianjurkan 9 X 10 m dan pada tanahberbukit 9 X 9 m.



BIBIT

Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 1 - 2 tahun (bila bibit daribiji/okulasi), bibit yang berasal dari cangkokan segera bisa ditanam setelahakarnya dipandang cukup kuat untuk dipindahkan ke pertanaman.



PEMELIHARAAN

Untuk mencapai hasil yang maksimal dari tanaman yang diusahakan, makapemeliharaan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, antara laindalam hal:



- Pohon pelindung, tanaman muda umumnya kurang tahan terhadap panassinar matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman,perlu dipersiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanamanbertambah besar, pohon pelindung dapat diperpanjang.



- Penyulaman, bibit yang mati atau tidak normal pertumbuhannya harussegera diganti.



- Penyiangan, ini harus dilakukan secara teratur, untuk menghindaripersaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman pala denganrumput atau tumbuhan pengganggu lainnya. Penyiangan ini bisa dimulai 2- 3 bulan setelah penanaman, pucuk dan daun-daun baru telah mulaitumbuh (ini berarti pertumbuhan tanaman telah cukup kuat).



- Pemupukan, penambahan unsur hara yang habis terserap oleh tanamanmutlak diperlukan. Hal ini untuk menjamin agar tanaman tumbuh denganbaik dan berproduksi tinggi. Pupuk yang diberikan bisa pupuk organik(kompos, pupuk kandang) dan atau pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, KCL,NPK dll). Jenis dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi tanaman ataumintalah petunjuk pada PPL setempat. Cara pemupukannya dibenamkandalam parit sedalam 2 - 10 cm, melingkari batang tanaman (selebarkanopi).



- Pengendalian tanaman pengganggu/gulma, hampir disetiap kebun adagulma yang jika dibiarkan sangat merugikan. Oleh karenanyapertumbuhannya harus dikendalikan. Penggunaan herbisida bisa dilakukan, namun efisiensinya perlu diperhitungkan. Karena rekomendasipenggunaan herbisida (jenis dan dosisnya) di setiap daerah mungkinberbeda, maka untuk lebih jelasnya hubungi petugas PPL setempat.



HAMA DAN PENYAKIT

a. Hama-Hama

1. Penggerek batang [Batocera hercules]

Tanda-tanda serangan berupa terdapatnya lubang gerekan padabatang, dengan diameter 1,5 - 2,0 cm, dari lubang ini keluarserbuk-serbuk kayu. Akibatnya dapat mematikan tanaman pala.Cara pemberantasannya : dengan menginjeksi pestisida sistemik kedalam batang tanaman (Dimicron 100 EC atau Tamaron 50 EC). Caralainnya dengan menakik lubang gerekan kemudian membunuhhamanya atau menutup lubang gerakan dengan kayu.



2. Kumbang Areoceum foriculatus

Berukuran kecil menyerang buah pala yang telah jatuh, imagomenggerek buah kemudian meletakkan telur di dalamnya, yangselanjutnya akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerekbuah secara keseluruhan.Cara pencegahannya, buah yang telah dipetik harus segeradikeringkan.



3. Rayap

Serangannya dimulai dari akar, kemudian pangkal batang danseterusnya mengikuti batang bagian dalam, sehingga seluruh bagianbatang dapat terserang. Tanda khusus yang dapat dilihat, adalahterjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Bila bercak hitam itudikupas, maka akan kelihatan sarang serta saluran yang dibuat olehrayap di dalamnya. Serangan rayap ini, banyak dijumpai padakebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tanggul-tanggulpohon.Cara pencegahannya, dengan menyemprotkan pestisida pada tanahdan pangkal batang untuk mencegah naiknya rayap ke batang pohon.Cara lainnya adalah dengan menyemprotkan pestisida ke bercak hitamyang telah dibuka, sehingga pestisida akan merembes ke dalam sarangdan saluran-saluran yang dibuat rayap.



b. Penyakit

Penyakit pecah buah atau terbelah putih, penyakit ini disebabkan olehcendawan Coryneum myristicae yang menyebabkan buah terbelah karenapertumbuhan daging buah terhambat, sehingga tidak dapat mengimbangipertumbuhan fuli dan biji, yang akhirnya akan jatuh sebelum tua.Tanda-tandanya : pada bagian luar daging buah yang berumur 5 - 6 bulan,terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatan. Bercak-bercak iniakan bertambah besar dan kemungkinan berubah menjadi hitam.Cara pencegahannya; dengan membuat saluran pembuangan air (drainase)yang baik atau melakukan pengasapan belerang di bawah pohon dengandosis 100 gram belerang/pohon.Buah-buah yang terserang segera dibuang dan ditanam dalam tanah.Melakukan penyemprotan dengan fungisida.



PANEN

Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan pada umur 10 tahun sudahberproduksi secara menguntungkan. Produksinya akan terus meningkat dan padaumur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Hal ini berlangsung terus sampaitanaman berumur 60 - 70 tahun.Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanyawaktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang ditandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga.Cara pemetikannya bisa dengan galah yang ujungnya diberi keranjang, ataulangsung memanjat pohon untuk memungut dan memilih buah yang betul-betultua. Buah yang telah dipetik, segera diperlakukan sesuai keperluannya, hal iniuntuk menghindari serangan hama dan penyakit.Dalam setiap tahun, panen pala dilakukan 2 periode, dimana setiap daerah waktupemetikannya tidak sama.Di daerah Fak-Fak misalnya, mengenal 3 musim pemetikan yaitu musim barat,musim matahari (kemarau) dan musim Timur.



a. Musim Barat : dimulai pada daerah pantai ( + bulan Oktober), dua bulankemudian didaerah pegunungan. Biasanya buah-buah yang dipetik padamusim barat ini Kualitasnya baik.



b. Musim Timur : didaerah pantai dimulai bulan Maret, sedang didaerahpegunungan dimulai bulan Juni. Buah yang dipanen pada musim inikwalitas pala dan fulinya lebih rendah, dibandingkan yang di panen padamusim barat.



c. Musim Matahari : adalah musim pemetikan tambahan yang dilakukan diluar musim barat dan musim timur.



PENGOLAHAN

Agar diperoleh mutu hasil yang baik, maka perlu dipetik buah yang benar-benartua/telah membelah. Buah pala yang telah jatuh ke tanah atau bekas dimakanburung, umumnya merupakan buah yang tua juga, tetapi hasil fulinya tidak dapatdiharapkan.Urut-urutan bagian buah pala dari luar ke dalam terdiri atas:- Kulit buah.- Daging buah.- Fuli (arillus).- Kulit biji (cangkang).- Biji.



PENGOLAHAN PALA DAN FULI

1. Pemisahan biji dari daging buah.



2. Pelepasan fuli dari bijinya yang dilakukan dengan hati-hati, dari ujung kearah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh sehingga bermutu tinggi.



3. Pengeringan antara pala dan fuli dilakukan secara terpisah.- Pengeringan biji tidak boleh melebihi suhu 45ºC, karena akan diperolehbiji pala yang berkualitas rendah disebabkan mencairnya kandunganlemak, biji keriput dan berbentuk remah dan aroma biji akan banyakberkurang.- Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengasapan.- Pengasapan dilakukan dirumah asap, pada suhu ruangan 35º - 40º C,dilakukan terus menerus selama 10 - 15 hari sampai kadar air bijimenjadi 8 -10%- Pengeringan fuli lebih sederhana, full disebar di atas tampi/nyiru dan dijemur dibawah sinar matahari sampai kadar airnya menjadi 10 -12%



4. Pemisahan biji pala dari cangkangnya.Penyimpanan biji pala kering biasanya masih bercangkang (untukmelindungi dari hama dan penyakit). Cangkang ini dapat dipecah denganmesin pemecah pala atau dipukul dengan pemukul kayu, luka pada bijiakan menurunkan Kualitasnya.



5. Fumigasi (pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan gasracun).Untuk biji pala dilakukan 2 kali, yaitu setelah biji dipisahkan daricangkangnya dan setelah pengepakan dalam karung menjelang dieksport.Untuk fuli juga difumigasi 2 kali, yaitu sebelum dilakukan sortasi dansetelah pengepakan menjelang dieksport.



6. Sortasi.Sortasi biji pala dilakukan menurut: ukuran, warna, keriput/tidak,pecan-basah-lubang/tidak.Pada garis besarnya dibedakan 3 kwalitas biji pala, yang masing-masingdapat dipisahkan atas beberapa sub kualitas.Kualitas I terkenal dengan kualitas ABCD, berasal dari buah petik yangcukup tua dan permukaan biji licin.Kualitas II atau rimple atau SS, permukaan bijinya berkeriput karenaberasal dari buah yang belum cukup tua atau karena mengalamipemanasan lebih dari 45º C.Kualitas III atau BWP (Broken, Warmy, Punky) berasal dari buah yangkurang tua yang dipungut dari tanah, buah yang kurang tua atau buah yangmengalami kerusakan dalam pengolahan.Kualitas ABCD masih dapat dipisahkan atas sub kualitas A, B, C dan Ddengan menggunakan saringan kayu yang mempunyai lubang dengandiameter tertentu. Kualitas rimple/SS, berdasarkan besar kecilnya masihdapat dipisahkan atas sub kualitas R/A dan R/E. Sedang kualitas BWPdapat dibagi atas sub kualitas BWP I dan BWP II.Sortaso biji pala ini dilakukan dengan tangan, dan untuk memperbaikikualitas umumnya dilakukan berulang kali.Sortasi fuli, dilakukan dengan menggunakan ayakan kawat dan pemilihandengan tangan. Setelah fuli dijemur dan mengalami proses fumigasi I,kemudian disortir menjadi 2 kualitas yakni Gruis I dan Gruis II. Ke duakualitas ini kemudian disortir lagi sesuai permintaan pasar internasionalmenjadi sub kualitas Gruis I/Amerika, Gruis II/Amerika, Gruis I/Eropa danGruis II/Eropa. Selanjutnya masing-masing sub kualitas dimasukkan dalammesin pemotong mekanis, yang nantinya akan dihasilkan fuli remah(broken). Proses selanjutnya adalah membersihkan, menapis, mengajak,menghembus full pada waktu jatuh dari ayakan sehingga diperoleh fuli siapuntuk di bungkus.



PENGOLAHAN MINYAK PALA

Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40 % minyak lemakini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut.Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikuttersuling dan akan sulit di pisahkan dari minyak palanya.Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulinganselama +10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampungyang digunakan untuk memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yangdiperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidakberwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerapoksigen dan menjadi kental. Minyak pala ini dieksport ke Singapura, Perancis,Inggris, Nederland dan Amerika Serikat.



Standar mutu minyak pala:

- Deskripsi : minyak pala adalah minyak yang diperoleh dari penyulinganbiji-biji buah tanaman Myristica fragrans Houtt.

- Jenis mutu : minyak pala digolongkan dalam satu jenis mutu.

- Syarat mutu

Karakteristik Syarat

- Bobot jenis pada 25ºC = 0,847 - 0,919

- Index bias pada 25ºC = 1,474 -1,497

- Putaran optik pada 25º C = +10º - 30º

- Kelarutan dalam etanol 90% = 1-1 jernih, seterusnya jernih.

- Sisa penguapan contoh 4,8 gr sampai 5,2 gr = 2,5%

- Zat-zat asinga. Minyak pelikan negatifb. Minyak terpentin negatifc. Minyak lemak negatifd. Alkohol tambahan negatif



PENGOLAHAN PALA DESTILASI (destining nutmeg)

Pengolahan pala destilasi sangat sederhana sekali, yakni buah pala yang masihmuda (berumur 2 - 5 bulan) dipetik, dilepaskan daging buahnya, kemudian bijinyadijemur dipanas matahari selama 2 - 3 hari, kemudian disortir menurut mutunya.Cars lainnya adalah dikeringkan di atas tungku api (diasap) selama +2 hari. Di pasarandunia terdapat 2 mutu pala destilasi yaitu :- Mutu I kode AZWI.- Mutu II kode ETEZ.Spesifikasi:- Deskripsi : pala destilasi adalah biji pala yang berasal dari buah tanamanMyristice fragrans Houtt yang dipetik muda.- Jenis mutu : ada 2 jenis mutu yaitu, Mutu I (AZWI), buah pala tanpa batokyang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 2,5 bulan.Mutu II (ETEZ), buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buahmuda berumur 2 - 5 bulan.



- Syarat mutu

Karakteristik

- Kadar air, % (bobot/bobot) males. mutu 1 : 14,0 mutu 2 : 14,0



- Kadar minyak atsiri, (bobot/bobot) min.% muti 1 : 7,5 mutu 2 : 4



- Kadar minyak non atsiri, (bobot/bobot) males.% mutu 1 : 10 mutu 2 :12



- Benda asing, % (bobot/bobot) maks. mutu 1 : 0,5 mutu 2 : 0,5







Sumber :DINAS PERKEBUNANPROPINSI TINGKAT IIRIAN JAYA

PRODUKSI KAKAO

Peranan sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto Nasional. Hal ini terlihat bahwa selama 10 tahun terakhir ini, peranan sektor ini terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu rata-rata 4% per tahun. Selain dituntut harus mampu menciptakan swasembada pangan, Sektor ini juga harus mampu menyediakan lapangan dan kesempatan kerja serta pengadaan bahan baku bagi industri hasil pertanian. Sektor ini juga dituntut untuk meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan volume dan nilai ekspor hasil pertanian.

Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor perkebunan. Sub-sektor ini dalam menunjang perekonomiannasional menjadi makin penting, mengingat makin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia. Dalam tahun 1994/1995, sub-sektor perkebunan telah menyumbangkan sekitar 12,7% dari perolehan devisa yang dihasilkan dari sektor non-migas.

Keunggulan komparatif dari sub-sektor perkebunan dibandingkan dengan sektor non-migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada dikawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah sehingga bisa secara kompetitif dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang dapatmemperkuat daya saing harga produk produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia.

Salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Pada tahun 1997, ekspor kakao dari Indonesia diperkirakan telah mencapai US$ 378 juta. Walaupun nilai tersebut masih merupakan angka estimasi, namun nilai tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 377,5 juta.

Di Indonesia, kakao merupakan salah satu komoditas yang tidak diatur tataniaganya oleh pemerintah, sehingga harga kakao di tingkat petani ditentukan oleh mekanisme pasar bebas dan petani juga bebas menjual hasil panennya ke siapa saja. Sebetulnya hal ini merupakan salah satu kendala dalam kaitannya dengan penterapan pola kemitraan yang terpadu untuk pengembangan produksi komoditas ini. Namun demikian ada beberapa pengusaha (eksportir) kakao untuk diekspor. Kemitraan tersebut sangat diperlukan mengingat bahwa 73,68% produksi kako di Indonesia merupakan produksi perkebunan rakyat yang memerlukan penanganan khusus agar bisa mencapai kualitas yang tinggi untuk ekspor.

Dalam pengembangan kakao, peranan perbankan belum begitu besar. Sebagai contoh, di Sulawesi Selatan dimana pada tahun 1997 sekitar 40% nilai ekspor kakao berasal dari propinsi ini, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk posisi bulan Maret 1998 adalah Rp. 4,152 juta dan nilai ini hanya 0,46% dari keseluruhan kredit di sektor pertanian atau 1,49% dari kredit yang disalurkan di sub-sektor perekebunan. Dari kredit yang disalurkan tersebut, belum ada yang menerapkan pola kemitraan terpadu. Untuk itulah suatu model pengembangan kakao yang bisa ditunjang dengan kredit bank, dalam bentuk kemitraan yang melibatkan usaha perkebunan kakao rakyat perlu ditulis dan disebarluaskan untuk bisa dijadikan acuan bagi bank.

Dalam penulisan model kemitraan ini akan dibahas aspek kelayakan usaha, yang meliputi aspek pemasaran, teknis budidaya, finansial, sosial dan ekonomi serta pola kemitraan terpadu yang sesuai antara usaha besar (inti) dan petani plasma.

http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=20201&idrb=41701

PASCA PANEN KAKAO

PENDAHULUAN

Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan cukup penting, memiliki banyak kegunaan dan peranannya antara lain :

* Industri bahan makanan (bahan baku pembuatan kue, permen coklat)
* Industri farmasi (bahan pembuat kosmetik(lipstick))
* Sumber devisa Negara

Di Sulawesi Selatan pertanaman kakao didominasi Perkebunan Rakyat. Tahun 2004 luas areal pertanaman kakao 210.628 ha dengan tingkat produksi 168.542 ton dan produktivitasnya adalah 1.006 kg/ha dengan harga kakao Rp. 10.054/kg ditingkat desa, dan tingkat propinsi mencapai Rp. 17.417.kg, berarti nilai tambah yang diperoleh petani cukup tinggi.



Namun umumnya produksi Perkebunan Rakyat kualitasnya relative rendah bila dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan PNP/PTP/Perkebunan besar swasta. Sementara persaingan pasar kakao dipasaran internasional cukup ketat khususnya kakao lindak.



Rendahnya kualitas yang dihasilkan disebabkan penanganan panen/pasca panen yang dilakukan petani sangat sederhana (pemetikan, fermentasi pencucian, pengeringan, sortasi maupun penyimpanan sebelum dijual). Akibatnya mutu kakao rendah, harga jual rendah dan pendapatan rendah.



PANEN DAN PASCA PANEN



Penanganan panen dan pasca panen buah kakao sangat penting, kegiatan inilah yang menentukan produk akhir buah kakao.



I. Panen/Pemetikan Buah



a. Tanda-tanda buah siap panen :



Perubahan warna alur dari hijau menjadi kuning orange ± 50 %

* Buah masak porosnya agak kering, biji-biji didalam agak renggang dari kulit buah terbentuk rongga antara biji dan kulit buah.
* Buah apabila dikocok/diguncang berbunyi

b. Pemetikan



Petik buah yang betul-betul masak menggunakan pisau atau sabit bergalah

* Yang tajam
* Rotasi pemetikan setiap 7 atau 14 hari
* Rendam buah yang busuk atau terserang hama/penyakit kedalam tanah sedalam 50 cm di pinggir kebun
* Selama memanem buah diusahakan tidak merusak atau melukai batang tanaman/bantalan buah

II. Pasca Panen



Tahapan penenganan pasca panen kakao meliputi :



1. Sortasi buah



Buah yang sudak masak dipanen, masukkan kedalam keranjang, angkut ketempat Pengumpulan buah yang letaknya masih dalam kebun. Setalah itu disortasi dalam dua bagian yaitu :

a. Sortasi I

Terdiri dari buah-buah sehat dan masaknya sempurna.



b. Sortasi II



* Buah-buah yang kurang bauk terserang ulat buah
* Buah belum masak/keliru pungut
* Biji dari sortasi I yang tercampur tanah
* Biji yang tercecer ditanah, bekas buah yang dimakan tikus/bajing

2. Pemecahan Buah

Buah yang disortir menjadi 2 golongan dipecah ditempat terpisah

* Buah dipecah diatas tikar/karung goni
* Buah dipukul dengan kayu, diupayakan jangan sampai biji rusak/pecah
* Keluarkan biji dari buah
* Biji dimasukkan kewadah fermentasi

III. Fermentasi/Pemeraman



1. Wadah/alat fermentasi



* Kotak pemeraman yang berlubang/keranjang bamboo
* Daun pisang
* Karung goni

2. Metode Fermentasi

* Sistem sime Cadbury
* Konvensional

3. Proses Fermentasi



* Berlangsung 4 - 6 hari
* Biji terfermentasi 80 %, warnanya coklat gelap

4. Cara Fermentasi



* Biji yang sudah dikeluarkan ditampung dan dimasukkan dalam wadah/peti fermentasi, tutup dengan karung goni/daun pisang
* Ukuran kotak P = 60 cm, L = 60 cm, T = 40 cm (menampung 100 kg)
* Hari ke 3 (setelah 48 jam) dilakukan pembalikan agar fermentasi biji merata
* Dilakukan sambil memindahkan biji dari kotak satu ke kotak lainnya
* Selama fermentasi, dijaga tidak berhubungan langsung dengan logam
* Fermentasi selesai apabila penutup biji mudah dibersihkan dari kulit biji
* Kulit biji berwarna coklat dan bau asam cuka yang jelas
* Bila pulp masih berwarna putih, kulit belum berwarna coklat, fermentasi masih perlu dilanjutkan

5. Pencucian



* Dilakukan dengan menggosok-gosok atau mengaduk dalam ayakan bambu
* Dilakukan sedikit demi sedikit
* Dibersihkan dari lender dan serat lain yang masih melekat
* Khusus biji kakao jenis edel, sedangkan jenis bulk tidak dicuci

6.Pengeringan



* Tujuannya untuk mengurangi kandungan air biji
* Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sinar matahari dan pengeringan buatan

a. Pengeringan dengan sinar matahari

* Menggunakan lantai jemur dari semen
* Hamparan biji setipis mungkin ± 3,7 kg biji basah/m²
* Lama penjemuran tergantung cuaca atau 5 – 7 hari
* Sering dibolak balik agar warna dan kekeringan merata/seragam

b. Pengeringan buatan

* Tebal lapisan tidak melebihi 20 cm
* Temperatur berkisar 45 - 50ºC
* Lama pengeringan 2 – 3 hari dengan kadar air 65 %
* Pengeringan sudah cukup apabila biji keriput dan rapuh
* Kemudian masukkan kedalam karung
* Jangan menyimpan biji kering ditempat lembab

SUMBER : BPTP Sulawesi Selatan

MENGENAL TANAMAN NILAM

Informasi Umum

* Nilam dikenal dengan berbagai nama di beberapa daerah, seperti : dilem (Sumatera – Jawa), rei (Sumba), pisak (Alor), ungapa (Timor). Nama asing dikenal dengan pathcouly
* Dikalangan ilmiawan nilam dikenal dengan Pogostemon sp. Berbagai varietas nilam yang dikenal adalah :
o Pogostemon cablin Benth.

Populer dengan nama nilam Aceh, ciri utamanya adalah daunnya membulat seperti jantung dan dipermukaan bagian bawahnya terdapat bulu-bulu rambut. Sampai umur 3 tahun hampir tidak berbunga.

* Pogostemon hortensis Backer

Dikenal dengan nama nilam sabun. Ciri-cirinya lembaran daun lebih tipis, tidak berbulu, permukaan daun tampak mengkilat, dan warnanya hijau.

* Pogostemon heyneanus Benth

Sering disebut nilam hutan atau nilam jawa. Ciri-cirinya yaitu ujung daun agak runcing, lembaran daun tipis dengan warna hijau tua dan berbunga lebih cepat.



Dari ketiga jenis nilam tersebut, yang paling tinggi kandungan minyaknya adalah nilam aceh (2,5 – 5,0 %), sedangkan nilam lainnya rata-rata hanya mengandung 0,5 – 1,5 %.

Tiga varitas nilam unggul yaitu Varietas Sidikalang, Varietas Lhokseumawe dan Varietas Tapak Tuan, dengan karakteristik dari masing-masing seperti pada table berikut.





MENGENAL TANAMAN NILAM



Nilam Varietas Tapak Tuan keunggulannya dalam hal produktivitas terna (daun basah) per hektar, produksi minyak relatif tinggi dan daya adaptasi yang luas, varietas Lhokseumawe keunggulannya dalam hal produktivitas terna (daun basah) per hektar, kadar minyak, produksi minyak per hektar cukup tinggi dan kemampuan adaptasi yang luas, sedangkan varietas Sidikalang keunggulannya dalam hal produktivitas terna (daun basah) per hektar, produksi minyak per hektar relatif tinggi, daya adaptasi yang luas, dan relatif tahan terhadap nematoda dan penyakit layu.



Syarat tumbuh dan budidaya

_ Budidaya nilam tidaklah terlalu sulit, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih jenis nilam, pengelolaan budidaya secara intensif dan lingkungan tumbuh yang memenuhi persyaratan

_ Tanah yang dikehendaki adalah subur, gembur dan mengandung bahan organik dengan pH 6 – 7

_ Suhu lingkungan paling ideal 18 – 29o C. Iklim yang dikehendaki dengan curah hujan sekitar 2.300 – 3.000 mm per tahun dan kelembaban lebih dari 60 %. Ketinggian yang paling baik adalah 10 – 400 m dpl. Menghendaki lahan yang tidak tergenang air.

_ Perbanyakan nilam dilakukan dengan cara vegetatif, dengan memotong dahandahannya. _ Tujuan penanaman adalah untuk diambil daunnya. Panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 7 -–9 bulan, selanjutnya panen dilakukan setiap 3 – 4 bulan sekali. Umur produktif sampai dengan 3 tahun, setelah tidak produktif harus diremajakan.

_ Dengan pengelolaan intensif hasil yang diperoleh pada tahun I dapat mencapai 7.000 kg daun nilam kering, kemudian berturut-turut th 2 : 8.500 kg, th 3 : 9.500 kg, th 4 : 8.500 kg dan th 5 hanya 6.000 kg daun nilam kering.



Minyak nilam

_ Diperoleh dari bagian daun, Minyak nilam Indonesia sudah diekspor ke berbagai negara seperti Hongkong, Jepang, India, Prancis, Belanda, Inggris, Jerman, Kanada, Mesir, Swiss, Saudi Arabia dan AS. Sebagai pembeli utama adalah AS.

_ Dalam perdagangan internasional minyak nilam dikenal dengan nama pathcouly oil. Karakteristik minyak nilam menurut patokan mutu EOA sebagai berikut :

Penampilan, Warna dan bau : cairan berwarna coklat kehijauan sampai berwarna coklat tua kemerahan. Aroma khas, awet, dan sedikit mirip barus atau kamper.

Berat jenis pada 25o C : 0,950 – 0,975

Putaran optik : (-48) – (-65)o

Indeks refraksi pada 20 o : 1.5070 – 1.5150

Bilangan asam : maksimum 5 %

Bilangan ester : maksimum 10 %

Bilangan penyabunan : maksimum 20 %

Kelarutan dalam alkohol 90 % : larut dalam 10 volume

_ Sedangkan mutu menurut standar yang diberlakukan di Indonesia (SP-6-1975)

adalah :

Warna: kuning muda sampai coklat tua

Bobot jenis pada 25o C : 0,943 – 0,983

Bilangan asam : maksimum 5 %

Bilangan ester : maksimum 10 %

Zat asing (leak, minyak kruing, alkohol tambahan, dan minyak mineral)

negatif

Kelarutan dalam ethanol 90 % : larutan (jernih atau opalesensi ringan dalam

perbandingan volume 1 sampai dengan 10 bagian)

Rekomendasi bau : segar, khas minyak nilam

Rekomendasi putaran optik : (-47) – (-66)o

Kegunaan minyak nilam

_ Komponen dalam minyak nilam adalah patchouly alkohol, patchouly

camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde, dan cadinene. Namun

yang utama adalah patchouly alkohol (30%).

_ Kegunaan yang utama adalah untuk keperluan industri wewangian, kosmetik,

dsb. Selain itu dapat juga digunakan sebagai fiksatif atau pengikat baha-bahan

pewangi lain.

_ Selain digunakan dalam bentuk minyak, daun nilam juga berguna untuk bahan

pelembab kulit, menghilangkan bau badan, dan gatal-gatal pada kulit.

Proses produksi minyak nilam

_ Proses produksi minyak nilam dilakukan dengan penyulingan, baik dengan

uap maupun uap yang bertekanan tinggi.

DIAGRAM ALIR PASCA PANEN KAKAO

DIAGRAM ALIR PASCA PANEN KAKAO

Khasiat Kunyit untuk Bersihkan Wajah

Bagi banyak orang, bintik hitam atau flek pada wajah sangat mengganggu penampilan. Untuk menghilangkannya, Anda tak perlu menggunakan krim mahal. Manfaatkan saja kunyit, karena kandungan dalam kunyit bisa mengurangi jejak pigmentasi pada kulit seperti flek.

Anda bisa membuat formula penghilang flek sendiri dengan bubuk kunyit. Campurkan saja bubuk kunyit dengan sedikit air perasan mentimun atau perasan jeruk lemon. Setelah tercampur merata, tempelkan pada area kulit yang terdapat flek. Diamkan selama 15 menit dan bersihkan dengan air dingin. Lakukan hal ini setiap hari untuk melihat perubahan yang signifikan pada warna kulit Anda.

Seperti dilansir dari harian Times of India, bubuk kunyit juga bisa Anda manfaatkan sebagai scrub tubuh. Para wanita India seringkali menjadikan bubuk kunyit sebagai pencerah kulit. Mereka melakukan scrubbing menggunakan bubuk kunyit sebelum menikah untuk membuat kulit tampak lebih bersih dan cerah.

Campurkan saja bubuk kunyit dengan lima tetes minyak zaitun dan air secukupnya. Lakukan scrubbing kunyit satu kali dalam seminggu untuk hasil maksimal

Selain itu, Anda juga bisa membuat ramuan kunyit yang berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit. Cukup campurkan susu krim dengan bubuk kunyit dan jadikan masker kulit. Selamat mencoba!

Tentang KUMIS KUCING tanaman herbal

Nama latin: Orthosiphon stamineus Benth

Nama daerah: Kumis ucing; Brengos kucing; Songot koceng; Remujung; Sesaseyan

Deskripsi tanaman: Tumbuhan berbatang basah, tinggi sampai 1,5 m, daunnya berbentuk bulat telur, bunganya berwarna putih seperti kumis kucing, batangnya berbentuk empat persegi dan mudah di patahkan

Habitat: Tumbuh liar diladang, di tepi sungai dan di tempat-tempat yang tanahnya agak lembab sampai ketinggian 700 m dpl, ada juga yang ditanam sebagai tanaman hias

Bagian tanaman yang digunakan: Seluruh bagian tumbuhan

Kandungan kimia: Genkosid orthosifonin; Zat lemak; Minyak atsiri; Minyak lemak; Saponin; Sapofonin; Garam kalium

Khasiat: Anti inflamasi; Diuretik

Nama simplesia: Orthosiphonis Herba



Resep tradisional:



Susah kencing

Daun kumis kucing segar 1/4 genggam; Air 1 gelas, Direbus hingga memperoleh cairan 1/2 gelas, Diminum setiap hari 2 kali dan tiap kali minum 1/2 gelas



Batu ginjal

Herba kumis kucing 6 g; Herba meniran 7 pohon; Air 110 ml, Dibuat infus, Diminum 2 kali sehari; tiap kali minum 100 ml



Kencing manis,

Daun kumis kucing 20 helai; Daun sambiloto 20 helai; Air 110 ml, Dibuat infus, Diminum 1 kali sehari; 100 ml



Sakit pinggang

Daun kumis kucing segar 1 genggam; Kulit batang pepaya seluas 4 cm2; Air 110 ml, Dibuat infus, Diminum 1 kali sehari 100 ml

Potensi dan pengelolaan lahan gambut untuk tanaman pangan

1. Potensi lahan gambut untuk tanaman pangan semusim
Sesuai dengan arahan Departemen Pertanian (BB Litbang SDLP, 2008),
lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada
gambut dangkal (< 100 cm). Dasar pertimbangannya adalah gambut dangkal
memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki risiko lingkungan lebih
rendah dibandingkan gambut dalam.
Lahan gambut dengan kedalaman 1,4 - 2 m tergolong sesuai marjinal (kelas
kesesuaian S3) untuk berbagai jenis tanaman pangan. Faktor pembatas utama
adalah kondisi media perakaran dan unsur hara yang tidak mendukung pertumbuhan
tanaman. Tanaman pangan yang mampu beradaptasi antara lain padi, jagung,
kedelai, ubikayu, kacang panjang dan berbagai jenis sayuran lainnya (Gambar 6).



2. Pengelolaan air
Budidaya tanaman pangan di lahan gambut harus menerapkan teknologi
pengelolaan air, yang disesuaikan dengan karakteristik gambut dan jenis tanaman.
Pembuatan saluran drainase mikro sedalam 10 - 50 cm diperlukan untuk
pertumbuhan berbagai jenis tanaman pangan pada lahan gambut. Tanaman padi
sawah pada lahan gambut hanya memerlukan parit sedalam 10-30 cm. Fungsi

drainase adalah untuk membuang kelebihan air, menciptakan keadaan tidak jenuh
untuk pernapasan akar tanaman, dan mencuci sebagian asam-asam organik.
Semakin pendek interval/jarak antar parit drainase maka hasil tanaman semakin
tinggi. Walaupun drainase penting untuk pertumbuhan tanaman, namun semakin
dalam saluran drainase akan semakin cepat laju subsiden dan dekomposisi gambut
(akan diuraikan lebih lanjut dalam Bagian 5.2).

Potensi dan pengelolaan lahan gambut untuk tanaman pangan
3. Pengelolaan kesuburan tanah
Tanah gambut bereaksi masam. Dengan demikian diperlukan upaya
ameliorasi untuk meningkatkan pH sehingga memperbaiki media perakaran
tanaman. Kapur, tanah mineral, pupuk kandang dan abu sisa pembakaran dapat
diberikan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan pH dan basa-basa tanah
(Subiksa et al, 1997; Mario, 2002; Salampak, 1999; Tabel 2).
Tidak seperti tanah mineral, pH tanah gambut cukup ditingkatkan sampai pH

5 saja karena gambut tidak memiliki potensi Al yang beracun. Peningkatan pH
sampai tidak lebih dari 5 dapat memperlambat laju dekomposisi gambut. Pengaruh
buruk asam-asam organik beracun juga dapat dikurangi dengan menambahkan
bahan-bahan amelioran yang banyak mengandung kation polivalen seperti terak
baja, tanah mineral laterit atau lumpur sungai (Salampak, 1999; Sabiham et al,
1997). Pemberian tanah mineral berkadar besi tinggi dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Mario, 2002; Salampak, 1999; Suastika,
2004; Subiksa et al., 1997).

Pemupukan sangat dibutuhkan karena kandungan hara gambut sangat
rendah. Jenis pupuk yang diperlukan adalah yang mengandung N, P, K, Ca dan Mg.
Walaupun KTK gambut tinggi, namun daya pegangnya rendah terhadap kation yang
dapat dipertukarkan sehingga pemupukan harus dilakukan beberapa kali (split
application) dengan dosis rendah agar hara tidak banyak tercuci. Penggunaan pupuk
yang tersedianya lambat seperti fosfat alam akan lebih baik dibandingkan dengan
SP36, karena akan lebih efisien, harganya murah dan dapat meningkatkan pH tanah
(Subiksa et al., 1991). Penambahan kation polivalen seperti Fe dan Al akan
menciptakan tapak jerapan bagi ion fosfat sehingga bisa mengurangi kehilangan
hara P melalui pencucian (Rachim, 1995)
Tanah gambut juga kahat unsur mikro karena dikhelat (diikat) oleh bahan
organik (Rachim, 1995). Oleh karenanya diperlukan pemupukan unsur mikro seperti
terusi, magnesium sulfat dan seng sulfat masing-masing 15 kg ha-1 tahun-1, mangan
sulfat 7 kg ha-1 tahun-1, sodium molibdat dan borax masing-masing 0,5 kg ha-1
tahun-1. Kekurangan unsur mikro dapat menyebabkan kehampaan pada tanaman
padi, tongkol kosong pada jagung atau polong hampa pada kacang tanah.
4. Strategi petani dalam meningkatkan kesuburan tanah gambut
Karena keterbatasan akses dan kemampuan untuk mendapatkan pupuk dan
bahan amelioran, maka untuk meningkatkan kesuburan tanah, petani membakar
seresah tanaman dan sebagian lapisan gambut kering sebelum bertanam. Praktek
ini dapat ditemukan di kalangan petani yang menanam sayuran dan tanaman
pangan secara tradisional di berbagai tempat di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Sumatera Selatan dan Jambi. Dengan cara ini petani mendapatkan
amelioran berupa abu yang dapat memperbaiki produktivitas gambut. Namun abu
hasil pembakaran mudah hanyut dan efektivitasnya terhadap peningkatan kesuburan
tanah tidak berlangsung lama. Lagi pula cara ini sangat berbahaya karena bisa
memicu kebakaran hutan dan lahan secara lebih luas, mempercepat subsiden,
miningkatkan emisi CO2 dan mendatangkan asap yang mengganggu kesehatan
serta mempengaruhi lalu lintas.
Untuk menghindari kebakaran, maka pembakaran serasah harus dilakukan
secara terkendali di satu tempat khusus berupa lubang yang dilapisi dengan tanah
mineral sehingga api tidak sampai membakar gambut. Cara ini diterapkan dengan
baik di lahan gambut di Pontianak, Kalimantan Barat. Bila pembakaran serasah
harus dilakukan langsung di lapangan, maka harus dipastikan bahwa gambut di
bawahnya jenuh air supaya gambutnya tidak ikut terbakar.
Dalam jangka panjang pembakaran seresah dan gambut perlu dicegah untuk
menjaga keberlangsungan pertanian di lahan gambut. Untuk itu diperlukan
bimbingan cara bertani tanpa bakar dan pemberian bantuan amelioran serta pupuk
bagi petani.

sumber :
Agus, F. dan I.G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor,
Indonesia.

DISKRIPSI KLON KARET IRR 118

1.   Helaian daun                                        

      a.   Warna                                        :     hijau muda

      b.   Kilauan                                       :     kusam

      c.   Tekstur                                       :     halus

      d.   Kekakuan                                   :     agak kaku         

      e.   Bentuk                                        :     agak bulat telur (agak oval)

      f.    Pinggir daun                               :     rata

      g.   Penampang memanjang           :     rata

      h.   Penampang melintang               :     rata

      i.    Posisi helaian daun                    :     terpisah

      j.    Simetris daun pinggir                 :     simetris

      k.   Ukuran daun                               :     2,4 : 1

      l.    Ujung daun                                 :     sedang



2.   Anak tangkai daun                          

      a.   Posisi                                         :     mendatar

      b.   Bentuk                                        :     lurus

      c.   Panjang                                      :     sedang

      d.   Sudut                                          :     sedang



3.   Tangkai daun

      a.   Posisi                                         :     mendatar

      b.   Bentuk                                        :     lurus

      c.   Panjang                                      :     sedang

      d.   Ukuran kaki                                :     sedang

      e.   Bentuk kaki                                 :     rata – agak berlekuk



4.   Payung daun

      a.   Bentuk                                        :     kerucut

      b.   Besar                                         :     agak besar

      c.   Kerapatan permukaan               :     terbuka

      d.   Jarak antar payung                    :     sedang



5.   Mata

      a.   Letak mata                                 :     rata

      b.   Bekas tangkai daun                   :     tebal



6.   Kulit batang                                    

      a.   Corak kulit gabus                       :     sempit, tidak teratur

      b.   Warna kulit gabus                      :     coklat



7.   Warna lateks                                    :     putih

MANFAAT UNSUR MAKRO PADA PUPUK BAGI TANAMAN

Sebagian besar areal perkebunan di Indonesia hanya dipupuk dengan tiga unsur utama, yaitu N, P, dan K dengan asumsi bahwa ketiga unsur tersebut adalah yang paling jelas dan tegas responnya dan dibutuhkan dalam jumlah banyak. Sebagian dipupuk pula dengan Mg setelah disadari bahwa ternyata status Mg tanah di hampir seluruh perkebunan Sumatera dan Kalimantan sangat kritis, dan perannya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan / produksi.  Pemupukan dengan Ca dan S masih sangat jarang dilaksanakan. Padahal kedua unsure tersebut juga essensial dan dibutuhkan dalam jumlah banyak, serta jumlahnya di dalam tanah tidak selalu cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimal.



Nitrogen (N).  Unsur N biasanya disuplai dari Urea.  Begitu urea diberikan ke dalam tanah, maka dengan cepat akan terhidrolisis menjadi NH4+ dan dengan cepat pula akan teroksidasi menjadi NO2- dan NO3-. Jumlah NO3 di dalam tanah hampir selalu lebih banyak daripada NH4 karena laju oksidasinya juga selalu lebih cepat daripada laju hidrolisis urea. Oksidasi NH4 menjadi NO2 dan NO3 tidak melulu karena paparan oksigen, tetapi juga karena aktivitas biologi mikrob nitrifikasi. Tanaman menyerap N dalam bentuk NO3 dan NH4 dengan proses yang berbeda. NO3 diserap melalui proses aliran massa (mass flow), sementara itu NH4 diserap melalui dua mekanisme, yaitu proses osilasi dan aliran massa.  Hal tersebut menjadi salah satu pendorong, mengapa NO3 lebih banyak diserap tanaman daripada NH4, namun menyebabkan pula resiko kehilangan hara N yang sangat besar. Kehilangan N tanah dalam pemupukan N dapat mencapai 40 % dalam bentuk volatilisasi (penguapan NH3) dan leaching yang sangat intensif dari NO3-. Secara teoritis, laju kehilangan hara N dapat diatasi dengan beberapa cara, yaitu : (a) mencegah penguapan dengan cara pembenaman segera (pocket), (b) mengendalikan laju hidrolisis pupuk  menjadi NH4+, (c) mengendalikan laju oksidasi NH4 menjadi NO2 dan NO3.



Phosphorus (P).  Unsur P biasanya disuplai dari pupuk TSP, SSP, RP, dll.  Unsur ini tidak mudah larut dan tidak mobil di dalam tanah, padahal tanaman menyerap P dalam bentuk ortofosfat (H2PO3, HPO3), sehingga pupuk harus/mutlak larut terlebih dahulu. Unsur P sangat sedikit tersedia bagi tanaman karena efek fiksasi oleh tapak positif koloid tanah maupun oleh unsur bermuatan positif kuat (seperti kation polivalen : Al3+, Fe3+, Mn2+ dan Mn3+), yang sangat banyak terdapat di tanah-tanah masam Sumatera dan Kalimantan. Kehilangan P tanah sangat kecil, tetapi hanya sedikit pula yang dapat diserap oleh akar tanaman. Ortofosfat, hampir sebagian besar diserap akar melalui proses osilasi, dengan demikian penyerapan ortofosfat berlangsung dalam momen yang singkat manakala ortofosfat masih bebas dalam larutan tanah. Hampir semua penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pupuk P sangat rendah, hanya berkisar 10-30%. Agar pupuk P secara maksimal dapat diserap tanaman, maka dapat dilakukan dengan cara pengendalian kontak unsur P dengan tapak positif tanah (misal : aplikasi setempat / tidak ditabur, memperbesar ukuran butir pupuk, dan aplikasi bersamaan dengan unsure lain).



Potashium (K). Unsur K biasanya disuplai dari pupuk KCL. Unsur ini mudah larut juga sangat mobil dalam larutan tanah dalam bentuk K+, sehingga banyak hilang karena leaching yang sangat intensif, dan laju kehilangannya dapat mencapai 30 %. Unsur K+ diserap tanaman melalui proses aliran massa sehingga memiliki resiko kehilangan yang sangat besar dallam waktu yang singkat. Pengendalian kehilangan K dapat dilakukan dengan cara menjaga suplai source – sink, di antaranya dengan memperkecil kontak pupuk - larutan tanah (memperbesar ukuran pupuk : nisbah luas permukaan terhadap bobot menjadi rendah), atau aplikasi secara berkala.



Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).  Kedua unsure tersebut memiliki karakter yang mirip di dalam tanah (ukuran atom, muatan, dan sifat mobilitas), namun memiliki fungsi fisiologi yang berbeda di dalam tanaman.  Biasanya kedua unsure disuplai dari dolomit, kiserit, atau kapur bermagnesium. Kedua unsure diserap tanaman dalam jumlah besar, dalam bentuk Ca2+ dan Mg 2+ melalui proses osilasi.  Pada tanah berbahan induk batuan tua (Kalimantan dan sebagian Sumatera), biasanya terjadi defisiensi Ca dan Mg. Defisiensi Mg akan cepat direspon tanaman dengan gejala warna daun, karena disamping menjalankan fungsi reaksi biokimia, maka Mg juga menjadi penyusun khlorofil daun. Sementara itu kekurangan Ca tidak jelas dalam struktur warna daun / jaringan karena Ca lebih banyak digunakan sebagai penyusun dinding lamella tengah sel.



Belerang (S). Salah satu unsure makro yang jarang diberikan adalah belerang, karena dianggap suplainya cukup, yakni melalui presipitasi atmosfer (hujan, dll) dan unsur ikutan dalam pupuk. Padahal peran unsure ini sangat vital, disamping sebagai unsure hara makro essensial sebagai penyusun asam amino, belerang juga sangat mempengaruhi serapan unsur lain dalam interaksinya dengan hara lain di dalam tanah.

JENIS UNGGUL KELAPA SAWIT (Industri Perkebunan)

JENIS UNGGUL KELAPA SAWIT
JENIS UNGGUL KELAPA SAWIT
D X P SIMALUNGUN
1. Potensi produksi TBS : 33 ton/ha/th
2. Produksi TBS rata-rata : 28,4 ton/ha/th
3. Potensi hasil (CPO) : 7,9 ton/ha/th
... 4. Potensi CPO rata-rata : 8,7 ton/ha/th
5. Rendemen minyak : 26,5%
6. Produksi minyak inti : 0,51 ton/ha/th
7. Kerapatan tanam : 130 – 135 pohon/ha
8. Pertumbuhan meninggi : 0,75 – 0,80 m/th.

Harga Pinang Naik Oktober 2011

Dua minggu terakhir harga buah pinang di tingkat pengumpul di Kabupaten Tebo, terus beranjak naik antara Rp6.000 hingga Rp7.500. Sebelumnya hanya Rp4.000 – Rp5.000 perkilogramnya. Hal ini diakui Si Ros, seorang petani buah pinang.

Dikatakannya, dalam beberapa bulan ini buah pinang banyak dicari pengumpul, karena harganya yang terus mengalami kenaikan di pasar. Karena naiknya harga, masyarakat pun bersemangat untuk memanen dan memelihara tanaman pinang yang sebelumnya banyak dibiarkan. Bahkan banyak yang sudah menebangi pohon pinangnya.

"Kenaikan harga pinang telah terjadi sejak sebulan lalu. Karena permintaan pasar terus meningkat dan harganya pun terus melonjak, saya pun jadi semangat merawat tanaman pinang saya,” ujar Si Ros, kepada harian ini, kemarin.

Namun, sebut Si Ros, meski harganya telah naik, tetapi produksi pinang yang dihasilkan warga masih minim. “Dalam perminggu paling kita mampu mengumpul sekitar 15 kg hingga 20 kg pinang. Padahal dulu produksi pinang dari daerah ini cukup besar. Karena sebelumnya harganya rendah, banyak pohon pinang yang tidak terawatt lagi dan tidak melakukan penanam lagi, ujarnya.

Somad, juga petani pinang mengatakan, kenaikkan harga pinang kali ini cukup tinngi. Soal apa penyebab kenaikan sebut Somad tak pernah menggubrisnya. Terpenting bagi dia harga pinang naik.

“ Kenaikan harga pinang saat ini lumayan tinggi. Sebelumnya hanya Rp 3.500 perkilogram, kini sudah naik jadi  Rp 6.000 perkilogram," sebutnya.

Kenaikan harga pinang menimbulkan gairah petani untuk menggarap lahan mereka. "Dua bulan lalu harga buah pinang sempat anjlok, dari harga Rp 5.500 perkilogram turun menjadi Rp 4.500 perkilogram. Selang beberapa lama turun lagi jadi Rp 3.500 perkilogram," ungkap Somad.

Akibat turunnya harga pinang saat itu, petani lesu untuk menggarap kebun mereka.  “Baru beberapa bulan inilah harga buah pinang mengalami kenaikkan. Ya cukup tinggilah kenaikkannya. Terlebih dalam dua minggu terakhir, sehingga petani bertambah semangat," pungkas Somad.

Budidaya Pinang (Kriteria Dan Jenis Pinang Layak Jual)

Tanaman pinang (Areca catechu L.) Sudah dimanfaatkan sejak lama terutama daerah-daerah Asia selatan dan Timur sampai daerah Kepulauan Pasifik. Komoditi yang termasuk subsektor perkebunan banyak yang berpotensi untuk diekspor. Salah satunya adalah pinang. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Namun, dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya yang dapat memberikan devisa negara, pinang masih ketinggalan.

Tanaman pinang (Areca catechu L.) termasuk dalam famili Arecaceae, merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman. Secara rinci, sistimatika tanaman pinang dapat diuraikan seperti berikut :

Divisi : Plantae
Kelas : Monokotil
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae atau Palmae (palem-paleman)
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.


Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, dan pinang merah.

Salah satu jenis pinang yang sudah dikenal masyarakat adalah pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1). Pohon tumbuh satu-satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya.

2). Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm.

3). Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm

4). Garis lingkaran batang tampak jelas.

5). Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5 – 7,7 cm serta berwarna hijau waktu muda dan berubah merah jingga atau merah kekuningan saat masak atau tua.


SYARAT TUMBUH TANAMAN PINANG

Setiap tanaman memerlukan syarat tumbuh yang berbeda, bila penanaman dilakukan di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan memberikan dampak yang baik sehingga menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang optimal. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di dalam penanaman pinang antara lain :

1. Tinggi Tempat

Tanaman Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0–1.000 m dpl (meter diatas permukaan laut). Tanaman pinang idialnya ditanam pada ketinggian dibawah 600 m diatas permukaan laut.

2. Tanah

Tanah yang baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik, solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah dan aluvial.

Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pinang sekitar pH 4 - 8.

3. Curah Hujan

Curah hujan yang dikehendaki tanaman pinang antara 750-4.500 mm/tahun yang merata sepanjang tahun atau hari hujan sekitar 100 - 150 hari.

Tanaman pinang sangat sesuai pada daerah yang bertipe iklim sedang dan agak basah dengan bulan basah 3 - 6 bulan/tahun dan bulan kering 4 - 8 bulan/tahun.

4. Suhu dan Kelembaban

Tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum antara 20º - 32º C. Tanaman pinang menghendaki daerah dengan kelembaban udara antara 50 – 90 %.

5. Penyinaran.

Penyinaran yang sesuai untuk tanaman pinang berkisar antara 6-8 jam/hari. Pengaruh cahaya matahari terhadap tanaman pinang sebagai berikut :

1). Ruas batangnya lebih pendek dibanding tanaman yang terlindung.

2). Tanaman tidak cepat tinggi.

3). Fisik tanaman lebih kuat.

4). Persentase bunga untuk menjadi buah lebih besar.
Beberapa tindakan budidaya tanaman yang menyangkut faktor penyinaran adalah pengaturan tanam, jarak tanam, sistem intercropping, penggunaan naungan dan pohon pelindung, serta penambahan cahaya.

BAHAN TANAMAN

Bibit bermutu berasal dari benih terpilih yang berasal dari pohon induk terpilih. Seleksi pohon induk dapat dilakukan pada individu pohon, yaitu melalui seleksi sebagai berikut:

a. Pohon induk tumbuh tegar, batang lurus, mahkota pohon berbentuk setengah bulat dan pertumbuhan daun terbagi rata.

b. Pohon bebas dari serangan hama dan penyakit

c. Umur pohon lebih dari 10 tahun dan telah stabil berproduksi, yaitu sekitar 4-5 tahun.

d. Lingkar batang lebih dari 45 cm (diukur pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah).

e. Daun yang terbuka penuh lebih dari 8 helai,

f. Jumlah tandan lebih dari 4 buah,

g. Jumlah buah per tandan lebih dari 50 butir.

TEKNIK BUDIDAYA.

Untuk budidaya tanaman pinang agar mendapatkan tanaman yang baik harus melalui beberapa tahap yaitu :

A. Persiapan Bibit.

Perbanyakan tanaman pinang dilakukan dari penyemaian biji. Kerugian pembibitan dengan biji adalah akan terjadi segregasi (penurunan kualitas keturunan) secara genetik pada tanaman yang bersifat heterosigous dan jangka waktu untuk berproduksinya akan sangat lama.

1). Jumlah bibit.

Kebutuhan biji untuk disemaikan sebaiknya dicadangkan sebanyak 50 % dari jumlah bibit yang diharuskan ditanam dalam setiap hektar areal tanam. Untuk jarak tanam 2,7 m X 2,7 m, akan diperoleh sebanyak 1.300 tanaman/Ha. Oleh karena itu disiapkan sebanyak 1.950 biji pinang untuk disemaikan.

2). Kriteria buah untuk bibit.

Beberapa kriteria tentang buah pinang yang baik untuk dijadikan bibit, yaitu ukuran, berat, dan umur buah. Khusus untuk ukuran buah, sangat tergantung pada varietas pinang. Ukuran buah pinang bervariasi dari ukuran kecil sampai besar.

Kriteria untuk ukuran buah besar adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya buah diambil yang mempunyai ukuran besar dan seragam, buah yang besar berpotensi menghasilkan buah yang besar.

b. Berat buah yang dijadikan bibit sekitar 60 buah/kg. Semakin sedikit jumlah per kilogramnya maka bijinyapun semakin baik dijadikan benih.

c. Umur Pohon yang baik untuk bibit.

Umur pohon lebih dari 10 tahun dan telah stabil berproduksi, yaitu sekitar 4-5 tahun. Buah untuk benih harus matang sempurna (warna oranye) dengan bobot di atas 35 g.

3). Perlakuan buah

Dalam pembibitan pinang ada yang tanpa perlakuan langsung menyemaikan buah dan ada yang diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum disemai dengan merendam buah selama 24 jam. Air sangat mempengaruhi percepatan perkecambahan biji selain suhu, oksigen dan cahaya.

* Sebaiknya perendaman buah dalam air jangan terlalu lama
* Suhu yang tinggi akan memacu percepatan perkecambahan sejalan dengan naiknya suhu.
* Oksigen sangat diperlukan untuk respirasi. Dengan sistem drainase dan pengolahan pengaturan bedengan yang baik akan mempercepat perkecambahan karena aerasi berjalan dengan baik. Aerasi yang baik ini terjadi karena kebutuhan oksigen terjamin.

4). Persiapan lahan.

Sebelum dilakukan kegiatan perkecambahan biji, lahannya perlu disiapkan terlebih dahulu agar pertumbuhan optimal. Untuk kebutuhan bibit pada penanaman di lahan seluas 1 ha maka luas perkecambahan yang diperlukan sekitar 4-5 m² atau sekitar 400 biji/m². Langkah-langkah menyiapkan lahan sebagai berikut :

1. Pilih lokasi lahan yang cukup baik atau subur dan aman dari ganggguan orang, ternak, dan organisme pengganggu lainya.

2. Bersihkan lahan dari rumput terlebih dahulu dengan cara dicangkul.

3. Buat bedengan memanjang sesuai keadaan lahan dengan lebar 1 m. Caranya dengan menggali saluran drainase di antara dua bedengan dan tanah galiannya diuruk ke tengah sambil diratakan. Sebaiknya saluran drainase dirapikan.

5). Perkecambahan

Setelah lahan disiapkan, tahap selanjutnya adalah menyemai biji-biji yang sudah dipilih. Proses perkecambahan biji ini akan berlangsung sekitar 1,5-2 bulan. Saat itu akar atau tunas dari biji sudah bermunculan, tahapan perkecambahan biji adalah sebagai berikut :

1). Susun biji pinang terpilih pada bedengan dengan posisi horizontal. Penyusunan harus rapat agar daya tampung bedengan menjadi maksimal.

2). Tutup biji pinang tersebut dengan lapisan tanah subur setebal 0,5 cm.

3). Bedengan diberi naungan agar kelembaban terjaga dan terhindar dari sinar matahari langsung. Penyiraman dilakukan pada setiap pagi dan sore hari.

4). Bedengan diberi pagar agar terhindar dari gangguan hewan piaraan.

B. Cara Pembibitan.

Setelah biji berkecambah, kegiatan selanjutnya adalah pembibitan. Pembibitan ini dibagi dua tahap sebagai berikut :

1. Pembibitan tahap pertama.

Pada tahap pembibitan pertama ini kecambah biji dibibitkan pada lahan dengan lebar 1 m dan panjang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan bedengan diberi dinding keliling dari papan setinggi polybag ( 15 Cm). Tujuan agar polybag dapat disusun tegak dan rapi.

Setelah lahan pembibitan siap, kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan polybag untuk pembibitan. Polybag yang digunakan berukuran volume 1 kg atau setinggi 15 cm. Polybag harus memiliki lubang di bagian bawahnya agar drainasenya baik. Kemudian isi polybag dengan tanah hingga setinggi ¾ bagian, lalu dipadatkan.

Polybag diisi dengan kecambah biji pinang, pengambilan kecambah ini harus hati-hati agar tunas dan akarnya tidak rusak. Biji kecambah dibenamkan sedalam 4 Cm atau posisi rata dengan permukaan tanah, setiap polybag berisi satu kecambah, kecambah ini ditutupi dengan tanah secukupnya agar kelihatan rapi.

Agar terhindar dari sengatan matahari bedengan diberi naungan. Tinggi tiang naungan sekitar 2,5 m. Sebagai atap bisa dari daun kelapa, nipah dan alang-alang , naungan mulai dikurangi setelah bibit berumur 1,5 bulan. Pengurangan ini dilakukan hingga bibit akan dipindahkan pada pembibitan kedua atau sudah berumur 5 bulan.

Agar bibit dapat tumbuh baik perlu dipelihara seperti berikut :

1). Penyiraman dilakukan setiap pagi atau sore hari sebanyak 0,25 l/polybag.

2). Penyiangan gulma dilakukan bila di dalam dan disekitar polybag tumbuh gulma. Jika ada penyusutan tanah sebaiknya ke dalam polybag ditambahkan tanah baru.

3). Pemupukan di polybag diberi pupuk NPK dengan dosis 4 g/polybag. Bila menggunakan urea, dosis sekitar 2 g/l air, lalu disemprotkan ke daun, batang, dan tanah.

4). Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida.

5). Seleksi bibit yang baik adalah bibit yang berpangkal batang relatif besar mirip botol dan helai daun melengkung. Bibit yang lurus ke atas adalah bibit jantan yang tidak akan pernah berbuah.


2. Pembibitan tahap ke dua.

Untuk pembibitan tahap ke dua jarak antar polybag sekitar 30 cm X 30 cm. Keadaan lahannya harus datar agar polybag bibit tidak rebah.

Polybag yang disiapkan bervolume sekitar 6 kg media tanam. Ke dalam polybag diisi tanah subur 2/3 bagian. Selain tanah subur, ke dalam polybag pun dapat diisi dengan kompos plus. Dari 2/3 bagian polybag yang akan diisi dengan media tanam, 50 % adalah kompos plus(pada bagian bawah) dan 50 % sisanya diisi tanah biasa (pada bagian atas).

Setelah media tanamnya dimasukan didalam polybag besar, bibit dari polybag kecil pada pembibitan tahap pertama dapat dipindahkan. Caranya dengan menyobek polybag kecil, lalu bibit ditanam dalam polybag besar. Tanahnya harus relatif padat dan pangkal batang bibit tepat pada permukaan polybag.

Agar pertumbuhan tanaman dalam polybag lebih sempurna pertumbuhannya perlu dilakukan pemupukan NPK dengan dosis 20 g setiap polybag.

Pada areal pembibitan ke dua ini tidak perlu ada pelindung dari sinar matahari, karena sinar matahari sangat diperlukan bibit untuk pertumbuhannya.

Lokasi pembibitan sebaiknya diberi pagar keliling untuk menghindari gangguan dari hewan peliharaan, sebaiknya lokasi pembibitan dekat dengan sumber air.

Pemeliharaan tahap ke dua ini dilakukan selama tujuh bulan atau hingga bibit berumur satu tahun terhitung dari pembibitan tahap pertama. Dan bibit siap di tanam.

C. Persiapan Lahan Penanaman

Tahapan yang harus dilakukan setelah lokasi tanam di tentukan lahan perlu dilakukan pengolahan lahan dari pembukaan lahan sampai dengan pembuatan lobang tanam.

1. Pembukaan lahan.

* Lahan yang dapat ditanami tanaman pinang adalah lahan semak belukar, lahan tidur, dan pekarangan.

a. Lahan semak belukar.
Lahan ini biasanya didominasi oleh semak belukar dan pohon berkayu atau pohon lain yang dianggap tidak berguna dapat di tebang, membersihkan gulma sebaiknya dengan herbisida, terlebih kalau arealnya cukup luas. Herbisida yang dapat digunakan antara lain Pelithapon, Dalapon, Round-Up, Gramoxone S, Para-Col, Spak, Dual, Ronstar, Polaris, Basta, dan Dawpon.

b. Lahan Pekarangan.

Lahan pekarangan umumnya ditanami beragam jenis tanaman baik tanaman yang produktif maupun tanaman yang tidak produktif. Untuk tanaman yang tidak produktif perlu di ganti dengan tanaman produktif. Tanaman yang tidak produktif disingkirkan dan dengan cara di tebang dan gulma yang tumbuh perlu di cabut.

c. Lahan tidur

Lahan tidur adalah lahan yang peruntukannya belum direncanakan, untuk lahan yang belum atau sudah pernah di tanami namun gagal sehingga ditinggalkan dan dibiarkan sehingga tumbuh gulma atau pohon yang tidak diinginkan tumbuh. Lahan tidur inipun cocok untuk ditanami pinang dengan terlebih dahulu dibersihkan. Bila lahan sering tergenang air, perlu dibuatkan saluran drainase.


d. Lahan Pertanaman Kelapa

Penanaman di lahan pertanaman kelapa (pinang sebagai tanaman sela) dapat dilakukan pada lahan pertanaman kelapa yang memiliki jarak tanam 9 x 9 meter segi empat. Tanaman pinang dapat ditanam diantara dua baris tanaman kelapa dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter segi empat

2. Penentuan jarak tanam

Jarak tanam yang biasa di tanam dilapangan adalah 2,7 m X 2,7 m. Jarak tanam ini dianggap cukup efisian untuk pertumbuhan tanaman.

Diantara tanaman dalam barisan dapat ditanami dengan tanaman lain seperti tanaman palawijo sebagai tanaman tumpang sari.
3. Pemancangan Tiang Ajir

Pemancangan dilakukan setelah lahan penanaman bersih. Dengan pemancangan akan memudahkan penentuan letak lubang tanam dengan jarak teratur.

Pemancangan didasarkan pada kerapatan pohon per hektar, jarak tanam, dan topografi daerah setempat. Pemancangan di areal rata dilakukan sesuai jarak tanam. Sedangkan dilahan berbukit atau berkontur, pemancangan dilakukan dengan arah barisan menurut kontur lahan dan jarak antar barisan menurut proyeksi jarak antar barisan.

Alat yang digunakan untuk melakukan pemancangan adalah tali nylon (tali polythylene). Tali nylon disiapkan sepanjang 100 m. Pada tali tersebut diberi tanda (diikat diikat dengan benang) batas setiap panjang 3 m. Sebaiknya ada perbedaan mencolok antara warna tali nylon dengan benang. Fungsi tanda tersebut adalah memudahkan penancapan ajir di areal.

Ajir biasanya dibuat dari bambu dengan diameter minimal 2 cm. Tinggi anjir sekitar 1,5 m. Jumlah ajir yang disiapkan sesuai jumlah tanaman yang seharusnya disiapkan untuk luasan tertentu. Dengan jarak tanam 2,7 m x 2,7 m maka yang perlu disiapkan sekitar 1.300 ajir (untuk luasan 1 hektar). Agar ajir mudah ditancapkan ketanah bagian pangkalnya diruncingkan.

Setelah alat dan ajir disiapkan, pemancangan dapat segera dilakukan. Tancapan satu ajir di sudut tertentu dari lahan, misalnya sudut sebelah timur dan ikatkan tali nylon pada ajir tersebut. Tarik tali seluruhnya kearah sudut lainnya (barat). Beri ajir disudut barat dan ikat tali pada ajir tersebut. Tarikan tali ini nantinya akan merupakan barisan pertama. Tali harus ditarik lurus ke arah sudut lain. Penancapan ajir tersebut dapat disesuaikan dengan lahan terpanjang walaupun tanpa arah.

Setelah itu, tancapan ajir satu per satu sesuai tanda pada tali. Bila sudah selesai, tali dapat dipindahkan pada barisan di sebelahnya atau barisan kedua yang sebelumnya sudah diukur dengan jarak 2,7 m. Lakukan pemancangan ajir seperti pada barisan pertama, demikian seterusnya hingga seluruh lahan diberi ajir. Setiap selesai pemancangan ajir pada satu barisan.

4. Strip clearing

Strip clearing merupakan kegiatan pembersihan kayu-kayu di sepanjang jalur antara setiap dua barisan ajir atau tiang pancang. Jalur ini nantinya akan dijadikan jalan. Lebar jalan cukup 1 M. Tunggul atau batang kayu yang masih ada dijalur tersebut sebaiknya dipotong atau dimusnahkan. Strip clearing berfungsi jika pada areal tersebut ditanami rumput penutup tanah (kacang-kacangan), tetapi tidak berguna jika pada sela-sela barisan tanaman pinang ditanami tanaman tumpang sari. Ini disebabkan rumput penutup tanah atau kacang-kacangan akan tumbuh menutupi tanah atau kacang-kacangan akan tumbuh menutupi tanah, bahkan dapat memanjat atau menggulung hingga ke tanaman pokok. Akibatnya seluruh areal pertanaman akan dapat tertutupi oleh tanaman pokok maka di areal tersebut perlu dibuat jalan, minimal lebarnya 60 cm. Kalau tidak ada jalan, tanaman penutup tanah ataupun kacang-kacangan akan terinjak-injak saat melakukan kegiatan perawatan.

Sebaliknya kalau yang ditanam adalah tanaman sela maka jalan tidak perlu dibuat. Ini disebabkan tanaman sela tidak akan menutupi tanah. Di antara tanaman sela tersebut kita masih bisa berjalan. Contoh tanaman sela yang dapat ditanam pada areal pertanaman pinang adalah jagung atau kacang tanah.